Pages

Saturday, September 17, 2011

Infinitely Yours - by Orizuka

Infinitely Yours, novel terbarunya kak Orizuka, akhirnya kudapatkan juga setelah penantian selama sebulanan. *yeaay!

Apa sih yang bikin novel ini menarik, kok sampai aku bela-belain bolak-balik gramed tiap hari cuma buat ngecek apa novel ini udah ada?
Jawabannya: karena covernya!

Mungkin jawabanku kaya jawaban anak SD yang milih makanan cuma gara-gara warna-warninya.
Tapi ya begitulah kurang lebihnya.
Pertama kali kulihat desain covernya di grup FB Orizuka Novels, aku langsung tertarik. Bukan cuma warna birunya yang bikin aku fell in love at the first sight, tapi juga gambar simpel seorang cowok yang lagi pegang balon sambil meluk ceweknya. Gambarnya itu simpel banget (kaya gambar anak tk). Ya kan? Tapi juga CHARMING banget! :D

Abis jatuh cinta sama covernya, eeeh, waktu liat sinopsisnya langsung mabuk cinta deh sama ini novel. (hiperbolis mode:on) :p
Kata-katanya indah banget. Dan meyakinkanku bahwa endingnya bakal happy (baca: gak ada tokoh yang mati). Sekedar intermezzo, aku agak males baca novel yang sad ending. Soalnya bikin nangis. hehe...
Begini sinopsisnya:

Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan.
Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah Tuhan campur tangan di dalamnya?

Kita bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan.
Sekeras apa pun usaha kita berdua, saling menjauhkan diri—dan menjauhkan hati—pada akhirnya akan bertemu kembali.

Kau tak percaya takdir, aku pun tidak.
Karenanya, hanya ada satu cara untuk membuktikannya....
Kau, aku, dan perjalanan ini.
Begitulah sinopsisnya. Dan ternyata isinya sangat cocok dengan sinopsisnya.

Novel bergenre romantic-comedy ini bercerita tentang seorang cewek energetik penggila Korea dan seorang pria dingin, kaku, dan selalu mementingkan logika daripada perasaan. Mereka kebetulan ikut dalam sebuah tour ke Korea dan saling jatuh cinta.
Tentunya, cerita ini tak cuma sekadar bertemu-lalu-jatuh-cinta-kemudian-jadian. Tapi juga tentang bagaimana jika perasaan dikaitkan dengan logika.
Penasaran tentang lanjutannya? Baca sendiri, dan nikmati romantisnya.

Untuk para penggemar K-POP, novel ini bagaikan kado spesial dari kak Ori. Ceritanya adalah tentang jalan-jalan di Korea. Tak lupa juga, bagian-bagian dari novel ini diberi judul lagu K-POP terkenal. Karya ke-13 Orizuka ini bakal membawamu pada tour romantisme Korea. Dan dijamin abis baca, kamu jadi makin pengin mengunjungi negara negeri romantis itu.

Kalau kamu bukan penggemar K-POP, janganlah khawatir. Novel ini tetap bisa dinikmati, sekalipun oleh pembaca non K-Poppers. Orizuka sukses membuat pembacanya ngakak guling-guling. Dan siap-siap aja buat kamu yang bukan K-Poppers kalau jadi jatuh cinta sama K-Pop. ^o^

Top deh buat kak Orizuka. Walaupun penerbitannya sempat tertunda, tapi isi dari novelnya bener-bener bisa ngobatin kekecewaan karena lama nunggu terbitnya.

FIVE STARS for Infinitely Yours!
Jjang!

Monday, September 12, 2011

Pilihan

(cerpenku jaman jadul) ^^

Lusa, anak-anak kelas sembilan A menghadapi ulangan geografi. Semua anak belum belajar kecuali Ciara. Ciara suka dengan pelajaran geografi, wajar saja kerena cita-citanya adalah menjadi staf di BMG. Karena itu, ia ingin mendapatkan nilai yang baik.

Pagi itu, saat Ciara sedang asik membaca buku di bangkunya, seorang perempuan berkata dengan sinis, “Hey, kamu yang sok rajin!” perempuan itu adalah Lucia.

Sontak Ciara kaget lalu mengalihkan pendangannya ke Lucia. Ciara lalu berkata pada Lucia, “Kenapa? Ada yang salah jika aku belajar untuk ulangan geografi?”

“Tidak,” jawab Lucia. “Aku hanya ingin memintamu untuk memberiku sontekan ulangan geografi, dan kamu harus mau.”

“Apa?” tanya Ciara spontan. Ciara tak pernah curang saat ulangan. Ia juga tak rela jika jawabannya dilihat temannya karena itu juga curang menurutnya. Oleh karena itu ia selalu membuat benteng dari alat tulis untuk melindungi jawabannya.

Lucia pun mengulangi ucapannya dengan santai, “Berikan sontekan untukku saat ulangan geografi besok. Kalau kamu tidak mau…” Lucia tak meneruskan kalimatnya.

“Kalau aku tidak mau, kau mau apa?” tanya Ciara penasaran namun takut.

“Kalau tidak mau kamu dan sahabat baikmu, si lemot itu akan dikucilkan oleh seisi kelas ini,” ancam Lucia.

“Jangan panggil sahabatku lemot!” bentak Ciara. “Namanya Natya,” Ciara menambahkan. “Bagaimana kamu melakukan rencanamu itu?”

“Mudah saja. Aku akan memberi mereka uang dan kusuruh mereka menjauhimu. Lagipula kamu kan tak punya teman baik selain Natya si lemot. Siapa sih yang mau berteman dengan orang lemot dan yang sok rajin?” ujar Lucia. Lucia memang anak orang kaya dan ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, jadi itu semua mungkin.

Mendengar ancaman Lucia, Ciara menjadi takut. Dulu saat masih SD, ia bersama sahabatnya sudah pernah dikucilkan oleh seisi kelas kerenanya. Oleh sebab itu, saat SMP, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak kan membiarkan sahabatnya ikut sengsara karena ulahnya.

“Oya, jangan beritahukan ini pada siapapun, kalau tidak, awas kamu!” ancam Lucia lagi. Wajah Ciara pun menjadi pucat ketakutan.

Setelah melihat muka Ciara yang menjadi pucat, Lucia tersenyum puas lalu pergi meninggalkan Ciara.

Ancaman dari Lucia membuat Ciara tidak konsentrasi saat pelajaran. Ada guru yang mengira Ciara sedang sakit dan menyuruh Ciara ke UKS, tapi Ciara berkata ia baik-baik saja.

Natya juga bertanya pada Ciara apakah Ciara baik-baik saja. Dan Ciara terpaksa berbohong pada sahabatnya dan mengatakan ia biaik-baik saja.

Sepulang sekolah, Lucia kembali mengingatkan Ciara tentang ancamannya. Itu membuat Ciara makin takut dan gelisah. Ia tak tahu harus berbuat apa.

Siang berganti malam. Malam berganti pagi. Itu artinya ulangan geografi tinggal besok. Rasa takut Ciara semakin tak karuan. Apa yang harus kupilih? Kejujuran atau Pertemanan? Hati Ciara bertanya.

Pelajaran hari ini dilewatkan Ciara tanpa konsentrasi. Yang ada di pikirannya hanyalah dua pilihan yang sulit itu. Sepulang sekolah, Natya menanyakan pada Ciara apakah Ciara sedang punya masalah. Tapi Ciara tak menjawab.

“Ya sudah. Kalau kamu tak mau menceritkannya padaku tak apa-apa,” kata Natya pada sahabatnya itu dan berjalan meninggalkan Ciara.

“Natya!” panggil Ciara sambil berlari mengejar Natya.

“Apa? Kau ingin menceritakan masalahmu padaku?” tanya Natya seolah tahu apa yang ada di dalam kepala Ciara.

“I… iya,” jawab Ciara gugup. Ia takut karena Lucia telah menyuruhnya tutup mulut tentang masalah itu.

“Hm, kalau kamu mau menceritakan masalahmu padaku, jangan gugup begitu. Lagi pula disini sudah lumayan sepi,” kata Natya.

Setelah memastikan Lucia sudah pulang, Ciara menceritakan masalahnya pada Natya. Natya hanya mengangguk-angguk saat mengetahui bahwa masalah itu menyangkut dirinya.

“Lalu, aku harus berbuat apa?” tanya Ciara setelah selesai menceritakan masalahnya pada Natya.

Natya memasang muka heran, lalu bertanya kembali, “Ciara, maaf. Kenapa kamu menanyakan padaku apa yang harus kamu perbuat?”

“Karena kamu sahabatku, dan kamu pasti tahu apa yang kamu perbuat. Lagipula kamu yang telah menyuruhku menceritakan masalahku. Seharusnya kamu beri aku jawaban atas masalahku!” Emosi Ciara naik. “Kalau kamu tak bisa memberikan aku jawaban, lalu aku harus bertanya pada siapa agar yang kuperbuat itu benar?”

“Ciara, setiap pilihan punya resiko,” Natya berkata dengan lembut. “Dan yang bisa menjawabnya…” Natya tak meneruskan kata-katanya karena tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Ternyata ia sudah ditunggu supirnya dari tadi.

“Ciara, maaf. Aku sudah harus pulang,” pamit Natya.

“Lalu aku harus bertanya pada siapa?” tanya Ciara memohon jawaban dari Natya.

Natya hanya tersenyum lalu ia menunjuk Ciara. Setelah itu Natya berlari meninggalkan Ciara.

Ciara kebingungan. Ia sempat menoleh ke belakang. Namun tak ada siapa-siapa. Berarti yang ditunjuk Natya memang dirinya. Mengapa aku yang bertanya, tapi aku yang menjawabnya? Tanya Ciara dalam hati.

Saturday, September 10, 2011

Genom - by Matt Ridley : Autobiografi Spesies Manusia

 
Judul                      : Genom
Penulis                   : Matt Ridley
Penerjemah            : Alex Tri Kantjono W.
Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit           : 2005
Tebal                     : xiii+384 halaman


Buku ini adalah hasil karya Matt Ridley, seorang penulis yang juga pernah menjadi editor sains. Di bukunya yang berjudul Genom ini, pembaca diajak untuk menapak tilas sejarah spesies manusia berikut nenek-nenek moyangnya, sejak fajar kehidupan hingga peluang datangnya zaman kedokteran masa depan. Yang menarik, ia menyajikannya dalam dua puluh tiga bab, sesuai dengan jumlah pasangan kromosom manusia.
            Berawal dari pernyataan seorang spesialis biologi evolusi tentang kromosom favoritnya, Matt Ridley mencoba menceritakan kisah yang belum tersingkap mengenai genom manusia secara rinci, kromosom demi kromosom, dengan mengambil satu gen dari tiap kromosom untuk bercerita apa adanya. Ia membayangkan genom manusia sebagai semacam autobiografi yang tertulis dengan sendirinya.
            Genom manusia merupakan seperangkat lengkap gen manusia. Jika genom diumpamakan sebagai sebuah buku, maka buku itu terdiri dari dua puluh tiga bab yang disebut kromosom, dan tiap bab berisi beberapa ribu cerita yang disebut gen. Cerita tersebut ditulis hanya dengan empat huruf: A, T, C, dan G.
            Pasangan kromosom manusia diberi nomor berdasarkan urutan ukuran, dari yang paling besar (nomor 1) hingga yang paling kecil (nomor 22), sedangkan sepasang sisanya terdiri atas kromosom seks, yang dalam hal ukuran kromosom X terletak antara kromosom 7 dan 8, dan kromosom Y paling kecil. Berdasarkan urutan itulah, Penulis membuka wawasan kita mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan suatu kromosom. Misalnya pada bab ke-4 tentang kromosom 4, Penulis bercerita tentang penyakit genetik yang disebut Huntington yang disebabkan karena perulangan “kata” CAG di bagian tengah gen dalam kromosom itu. Ia juga menjelaskan secara detail bagaimana perulangan “kata” CAG tersebut bisa menyebabkan penyakit yang mematikan.
            Dalam buku ini, Matt Ridley juga menjelaskan tentang berbagai macam gen dalam tubuh manusia, antara lain gen-gen yang dimiliki bakteri, gen-gen yang membedakan kita dari simpanse, gen-gen yang mungkin  mengutuk kita dengan penyakit-penyakit mematikan, gen-gen yang mungkin mempengaruhi kecerdasan kita, gen-gen yang memungkinkan kita bertatabahasa, gen-gen yang memandu perkembangan tubuh dan otak kita, gen-gen yang memungkinkan kita mengingat, gen-gen yang menunjukkan keistimewaan unsur bawaan dan pengaruh pengasuhan, gen-gen yang membebani kita dengan kecenderungan egois, gen-gen yang saling berperang, juga gen-gen yang merekam sejarah perpindahan penduduk.
Matt Ridley menggali semua masalah baik ilmiah, filosofis, maupun moral yang muncul akibat pemetaan genom. Ia mampu menerangkan baik masalah-masalah moral yang pelik, situasi-situasi filosofis yang rumit, maupun biokimia yang teknis dengan menarik. Penuturannya akan memudahkan kita memahami makna batu pijakan ilmiah bagi kita, bagi anak-anak, dan bagi seluruh umat manusia.
Buku ini dilengkapi dengan pendahuluan yang menerangkan sekilas kepada kita tentang istilah-istilah dalam genetika, sehingga seorang awam-pun akan dapat memahami seluruh isi dari buku ini.
Walaupun tampilan buku ini cenderung membosankan dengan gambar yang minim, secara keseluruhan, buku ini patut dibaca. Buku ini bukan hanya berharga bagi orang yang cinta akan biologi, namun juga seluruh lapisan masyarakat yang haus akan pengetahuan. Tanpa kecuali mereka yang paling alergi terhadap teknologi.