Dear, Mus musculus
Mencitku yang selalu membuatku gundah dengan abstrakmu...
Aku tak tahu sejak kapan tepatnya rasa ini mulai mengendap-endap dalam relung hatiku.
Rasa yang begitu absurd.
Tak dapat didefinisikan dengan kata-kata,
Tapi juga begitu nyata.
Aku juga tak tahu sejak kapan nada-nada indah dalam suaramu mulai menggema di telingaku.
Nada-nada yang membentuk simfoni yang lebih indah dari yang terindah yang pernah kudengar.
Membuatku merindu akan denting melodi dalam setiap suku kata yang kau ucap.
Aku memang tidak mengingat dengan baik pertemuan pertama kita.
Saat itu benar-benar bias.
Bahkan, saat pertemuan kita selanjutnya, aku masih belum bisa mengingatmu.
Hanya satu yang kutahu, kau pernah hadir dalam hidupku setahun yang lalu.
Hingga pada saat itu...
Saat dimana aku mulai terpukau dengan pesonamu.
Saat dimana perasaan ini mulai muncul ke dinding hatiku.
Yang menyadarkanku, bahwa aku telah jatuh dalam lima kata penuh makna: CINTA
Cinta.
Begitu indahnya rasa itu.
Membuatku melayang, saat aku bisa mengecup aromamu.
Membuat debar jantungku menjadi lebih kencang saat menatap mata beningmu.
Membuat pipiku merona, saat nikmati seyuman nakalmu.
Dalam beberapa menit saja, Cinta berhasil membuat hadirmu menjadi penting dalam hidupku.
Kau lebih adiktif dari alkohol.
Makin kunikmati rasamu, makin sulit rasanya aku melepasmu.
Jujur, aku sakau akan candumu.
Meskipun demikian, waktu membuatku sadar.
Aku tak mungkin bisa bersatu denganmu.
Kita tak ditakdirkan untuk menjalani hidup bersama.
Namun,
Ijinkanlah aku, untuk kali ini saja.
Tuk nikmati rasamu.
Tuk mencintaimu.
.... Hingga pada saatnya, saat aku bisa rela melepasmu.
.... Karena setelah kata "jatuh cinta" dan "aku",
Ada "kamu".
No comments:
Post a Comment