Pages

Tuesday, January 24, 2012

Why do...?

Dear you, yang telah memberiku sebuah kenangan di bawah hujan,
Masih ingatkah kau akan kenangan itu?
Hm... mungkin tidak...
Itu hanyalah peristiwa kecil.
Kala itu, kita berjalan bersama, di bawah payung bewarna biru laut milikmu. Hanya berjalan, hingga sampai ke halte bus. Kemudian aku mengucapkan terima kasih karena telah mengantarku ke halte bus.
Ya. itu memang hanya peristiwa kecil, tak lebih dari 5 menit.
Tapi bagiku, peristiwa itu sangat berarti, karena dari sanalah tumbuh benih-benih cinta dalam hatiku.

Dear you, yang selalu membiusku dengan mata abu-abumu,
Tak tahukah kamu, bahwa aku selalu memperhatikanmu?
Aku selalu mengingatmu dengan jelas:
Rambutmu yang terlihat kemerahan di bawah terik matahari, alismu yang tegas, rahangmu yang kokoh, bibirmu yang tipis, kulitmu yang kekuningan, badanmu yang tegap, dan mata abu-abumu yang selalu terlihat bersinar di kala kau bahagia.
Hari demi hari, kau makin terlihat sempurna bagiku.


Dear you, yang membuatku menyukai apa yang kubenci.
Aku merasa, kau begitu menikmati hidup ini. Kau begitu apa adanya, tak pernah jaim sekalipun. Dan mungkin itulah yang membuatmu selalu terlihat bahagia.
Kau selalu memandang sesuatu dari sisi yang berbeda. Kau menemukan apa yang orang biasa tidak bisa menemukannya. Kau membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Mengagumimu, membuatku ingin tahu segalanya tentangmu. Dan dari hari ke hari, kau membuatku menyukai apa yang kau sukai, termasuk apa yang selama ini kubenci.

Dear you, yang menganggapku seperti angin lalu.
Setelah peristiwa itu, tak sekalipun kau menyapaku. Aku bahkan ragu apakah kau mengetahui namaku. Kau menjalani hari-harimu seperti hari-hari sebelumnya: tanpa aku.
Apa aku ini transparan? Aku memang bukan seorang gadis yang cantik, pun bukan yang pintar. Aku tahu, aku tak pantas bersanding denganmu, orang yang hampir sempurna.

Dear you, yang telah kutunggu selama 3 tahun,
Selama itulah kau sudah bersarang dalam hati dan pikiranku. Selama itulah aku selalu ingin mencoba mendekatimu. Aku ingin menyapamu, dan berharap kau akan menyapaku balik. Tapi selama itu juga aku tak pernah melakukannya, karena aku takut kau akan menjauhiku setelah tahu perasaanku.
Hari ini tepat tiga tahun semenjak peristiwa hujan itu. Sampai sekarang, aku masih menunggumu. Sudah berkali-kali aku merasa lelah akan penantian yang mungkin sia-sia ini. Aku sudah mencoba untuk melupakanmu dan membuka hatiku pada cinta yang lain. Tapi, bagaimana aku  bisa melupakanmu jika setiap waktu kau selalu memabukkanku dengan bayang-bayangmu?
Seandainya aku tahu harus berapa lama aku menunggu. Satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan? Satu tahun pun akan ku lakukan. Apalah arti satu tahun dibandingkan dengan tiga tahun ini?
Harus sampai kapan aku menunggumu sampai kau bisa membuka matamu dan melihatku?

Dear you, my first love,
Kau membuatku selalu bertanya:
Why do I still keep wanting you, although I know that you'll never "see" me...?

Sunday, January 22, 2012

Dear you, my past....

Apakah kau menggunakan sihir?
Aku pikir aku sudah terlelap dalam kesibukanku sekarang dan melupakanmu.
Tapi kini bayangan wajahmu sering melayang-layang dalam pikiranku.
Kau adalah masa lalu yang kini kembali hadir dalam benakku dan membuatku rindu akan hadirmu.

Wajahmu memang tak seindah bulan, tapi binar matamu lebih cerah daripada matahari.
Kulitmu memang tak selembut kapas, tapi belaianmu lebih hangat daripada mantel musim dinginku.
Kau memang bukan pria yang sempurna, tapi kau membuat hari-hariku terasa begitu sempurna.

Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mencuri-curi pandang ke arahku, dan mengalihkan wajahmu kembali saat aku menatapmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat aku tersipu malu ketika temanku menggodaku karena kedekatanku denganmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mengirimkanku puluhan sms dan menanyakan kabarku tiap waktu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau ada di sampingku, dan berkata bahwa kau mencintaiku....

Tahukah kamu?
Bagiku adalah demikian:
Mengingatmu adalah kenikmatan, bersamamu adalah anugerah.

Aku menyesal atas ketololanku dan kemunafikanku.
Aku menyesal karena aku telah membohongimu dan membohongi diriku sendiri.
Aku menyesal karena membuatmu terluka hanya karena gengsi semata.
Aku menyesal atas hari dimana aku membuatmu pergi dari hidupku...

Mulanya, aku mengira bahwa aku tetap bisa hidup tanpamu.
Waktu akan menghapuskan kenangan-kenangan kita, pikirku.
Dan aku hampir berhasil, saat aku menyibukkan diriku dan berusaha memikirkan hal yang lain.
Tapi kini aku sadar, bahwa aku masih mengingatmu begitu jelas, walaupun ini sudah tiga tahun semenjak kau meninggalkanku.
Aku sadar, aku masih mencintaimu...

Tapi sekarang, apa yang bisa kulakukan?
Mengenai keberadaanmu, aku tidak tahu.
Aku pun tak tahu apakah kau juga masih menyimpan perasaanmu itu... atau kau telah memberikannya pada orang lain?

Kini, aku hanya bisa menunggu.
Menunggu saat dimana waktu akan menjawabnya: apakah nantinya bayang-bayangmu akan lenyap dengan sendirinya, ataukah waktu akan mempertemukan kita berdua dan menyatukan cinta kita?
Aku ingin bisa memilih, tapi aku ragu apakah waktu akan menyetujui pilihanku.
Aku ragu apakah waktu mendengarkan suara hatiku, yang sedang menangis karena merindukanmu.

Monday, January 9, 2012

Liebe dich... (Mencintaimu)

Kau membuatku nyaman dengan kata-katamu.
Kau membuatku merasa aku adalah gadis paling beruntung di dunia.
Kau membuatku tertidur lelap dengan senyum lebar yang mengembang di pipiku.
Dan aku merasa, bersamamu aku bahagia.

Wajahmu sering terbersit dalam pikiranku. Aku tak sabar menunggu waktu dimana aku bisa bersamamu.
Aku ingin hari esok cepat tiba, saat aku bisa melihat senyumanmu.

Tapi tak jarang pula kau menyakitiku.
Kata-katamu kadang menusuk hatiku.
Kau berbicara panjang denganku namun tanpa melibatkan aku di dalamnya.
Kau melupakanku sebegitu mudahnya ketika kau bicara tentangnya.

Aku tidak ingin meninggalkanmu walaupun kau melupakanku.
Entah kenapa aku ingin selalu disampingmu: mendengarkan ceritamu dan keluh kesahmu, walaupun itu mebuat hatiku teriris.

Aku tahu, harapan-harapan yang kauberikan hanyalah suatu harapan yang tak mungkin terwujud.
Tapi ku tak tahu mengapa hatiku tetap percaya terhadap harapan-harapanmu itu.
Walaupun kenyataan adalah yang berkebalikan.

Awalnya aku hanya ingin mengenalmu sebagai teman.
Tetapi, ketika aku mengenal sesuatu tentangmu, aku selalu menginginkan lebih.
Dan lama kelamaan, kita seperti sahabat dekat.

Kini, aku makin sering menghabiskan waktu denganmu.
Rasanya hari begitu kosong jika aku belum melihat wajahmu.
Semakin aku berusaha menghilangkan pikiranku darimu, makin sering bayang-bayangmu muncul dalam pikiranku.

Jujur, aku ingin bisa memilikimu.
Aku takut membayangkanmu menjawab tidak.
Kau sudah memilikinya.
Aku pun tahu dia adalah yang terbaik untukmu.
Kau bahagia bersamanya.

Tapi, bagaimanakah dengan perasaanku ini?
Aku sudah tak mungkin mengabaikannya.
Aku sudah terlanjur terjebak.
Terjebak dalam lubang cintamu.

Dan meski cintamu bukan untukku,
Ich möchte dir sagen,
dass ich dich liebe.

------------------------------------------------------
* Aku ingin berkata padamu, bahwa aku mencintaimu