Maaf...
Atas harapan yang telah kutebarkan
Atas impian yang tak bisa terwujud ini
Ini adalah pertama kalinya bagiku
Saat doa-doaku dikabulkan oleh-Nya
Saat mimpi-mimpi mulai datang
Menghiasi hidupku
Dari awal aku tahu, bahwa ini mungkin tak bisa terwujud
Karena aku terlalu menginginkan impianku yang lain
Dan saat itu, aku rela membiarkan mimpiku ini menghancurkan mimpi lain itu
Namun, saat aku mendapatkan impian yang sangat kuinginkan
dan harus kehilangan mimpi lainku itu,
Mengapa aku tak rela?
Hatiku berbisik
menjawab perasaanku itu.
Ya. Karenamu.
Karena aku tak ingin kehilanganmu...
Kau datang saat semua telah berakhir.
Saat aku sudah mendapat apa yang kuimpikan.
Sedangkan kau hanya bisa hadir jika aku meraih mimpiku yang lain
yang telah dihancurkan oleh mimpi yang sangat kudambakan ini...
Aku telah memilih.
Dan mungkin itu pertanda bahwa kita memang ditakdirkan tidak untuk bersama
Kau memang bukanlah untukku
Terimakasih, atas segala perhatian yang kau berikan
Atas semangat yang kau berikan
Atas pelajaran yang begitu berharga
Aku berdoa selalu supaya Dia membalas segala kebaikanmu...
When I see the sky is cloudy,
I look into your deep eyes,
Do you know that the light in your eyes always makes me strong?
And then into your smile,
Do you know that your sweet smile always makes me feel better?
You always makes me feel alright, with your own way..
And I love it...
Thanks, my love...
Je t'aime...
Whispers of the Sky
Sky gives me many inspirations by its blue.
Monday, May 28, 2012
Saturday, April 21, 2012
Unforgettable -- by Winna Efendi : A Unique Novel With Unforgettable Taste
Actually, I made this review for my school task :)
Ini adalah kisah yang berawal dari tatapan pertama dua
orang yang tidak saling mengenal. Tanpa mempertanyakan nama, mereka memulai segalanya.
Memulai percakapan diantara aroma anggur yang menguar dari dalam gelas, dan membuka
memori akan masa kecil diantara krat-krat anggur yang berdebu. Setiap malam
mereka lewati dengan berbagi rahasia yang bahkan tidak pernah mereka bicarakan
dengan orang-orang terdekat mereka.
Judul Buku :
Unforgettable
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 176 Halaman
Ini
adalah kisah singkat tentang seorang perempuan dan seorang lelaki yang dipertemukan
di sebuah kedai wine bernama Muse. Sang perempuan adalah adik dari pemilik kedai wine sedehana itu. Sedangkan sang
laki-laki adalah seorang eksekutif muda, yang selalu datang ke Muse menjelang
pukul sembilan malam.
Sedikit ironis, bukan, bagi dua orang yang tidak saling mengenal, tapi mengetahui lebih banyak mengenai satu sama lain dibanding orang lain, komentar lelaki itu.Sementara dua orang yang sangat dekat dapat merasa seperti orang asing bagi satu sama lain, perempuan itu menyahut.
Ini mungkin adalah kisah
biasa tentang kehidupan: tentang mencari dan menemukan, tentang mengingat dan
melupakan, juga tentang kebahagiaan dan kesedihan.
Ini adalah kisah fiksi yang terlalu nyata. Tanpa kebetulan-kebetulan dan hal-hal romantis yang dibuat-buat.
Ini adalah kisah fiksi yang terlalu nyata. Tanpa kebetulan-kebetulan dan hal-hal romantis yang dibuat-buat.
Dengan diksi mengagumkan
khas Winna Efendi, kisah ini memuat sedikit banyak deskripsi tentang wine. Winna
Efendi berhasil menyuguhkan rasa dan aroma anggur dalam tiap lembaran novel
ini. Tidak ada deskripsi yang berlebihan. Semua dikemas dengan kadar yang pas
dan nikmat bagi pembaca.
Seperti karya-karyanya yang
terdahulu, Winna berhasil mengemas cerita sederhana menjadi luar biasa. Yang berbeda
dari karya-karya sebelumnya, kali ini Winna menggunakan gaya menulis yang unik.
Antara dialog dan narasi hanya dibedakan dengan tulisan miring dan tidak miring.
Membuat pembaca menjadi lebih teliti dan menelusuri kata demi kata hingga
akhirnya terhanyut dalam percakapan kedua tokoh.
Walaupun plotnya sedikit
datar, namun hal ini tidak menurunkan derajat keistimewaan dari kisah cinta
ini. Novel yang cukup
tipis ini cocok untuk pembaca yang mencari bacaan ringan. Tiga adjective untuk keseluruhan: sweet, simple, and so unforgettable!
4.5 Stars!Dan mereka hanyalah dua orang asing yang tak saling mengenal.Kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu titik waktu;masing-masing menggenggam ujung seutas benang merah.
Monday, April 2, 2012
After The Word "Fall in love" and "I"
Dear, Mus musculus
Mencitku yang selalu membuatku gundah dengan abstrakmu...
Aku tak tahu sejak kapan tepatnya rasa ini mulai mengendap-endap dalam relung hatiku.
Rasa yang begitu absurd.
Tak dapat didefinisikan dengan kata-kata,
Tapi juga begitu nyata.
Aku juga tak tahu sejak kapan nada-nada indah dalam suaramu mulai menggema di telingaku.
Nada-nada yang membentuk simfoni yang lebih indah dari yang terindah yang pernah kudengar.
Membuatku merindu akan denting melodi dalam setiap suku kata yang kau ucap.
Aku memang tidak mengingat dengan baik pertemuan pertama kita.
Saat itu benar-benar bias.
Bahkan, saat pertemuan kita selanjutnya, aku masih belum bisa mengingatmu.
Hanya satu yang kutahu, kau pernah hadir dalam hidupku setahun yang lalu.
Hingga pada saat itu...
Saat dimana aku mulai terpukau dengan pesonamu.
Saat dimana perasaan ini mulai muncul ke dinding hatiku.
Yang menyadarkanku, bahwa aku telah jatuh dalam lima kata penuh makna: CINTA
Cinta.
Begitu indahnya rasa itu.
Membuatku melayang, saat aku bisa mengecup aromamu.
Membuat debar jantungku menjadi lebih kencang saat menatap mata beningmu.
Membuat pipiku merona, saat nikmati seyuman nakalmu.
Dalam beberapa menit saja, Cinta berhasil membuat hadirmu menjadi penting dalam hidupku.
Kau lebih adiktif dari alkohol.
Makin kunikmati rasamu, makin sulit rasanya aku melepasmu.
Jujur, aku sakau akan candumu.
Meskipun demikian, waktu membuatku sadar.
Aku tak mungkin bisa bersatu denganmu.
Kita tak ditakdirkan untuk menjalani hidup bersama.
Namun,
Ijinkanlah aku, untuk kali ini saja.
Tuk nikmati rasamu.
Tuk mencintaimu.
.... Hingga pada saatnya, saat aku bisa rela melepasmu.
.... Karena setelah kata "jatuh cinta" dan "aku",
Ada "kamu".
Mencitku yang selalu membuatku gundah dengan abstrakmu...
Aku tak tahu sejak kapan tepatnya rasa ini mulai mengendap-endap dalam relung hatiku.
Rasa yang begitu absurd.
Tak dapat didefinisikan dengan kata-kata,
Tapi juga begitu nyata.
Aku juga tak tahu sejak kapan nada-nada indah dalam suaramu mulai menggema di telingaku.
Nada-nada yang membentuk simfoni yang lebih indah dari yang terindah yang pernah kudengar.
Membuatku merindu akan denting melodi dalam setiap suku kata yang kau ucap.
Aku memang tidak mengingat dengan baik pertemuan pertama kita.
Saat itu benar-benar bias.
Bahkan, saat pertemuan kita selanjutnya, aku masih belum bisa mengingatmu.
Hanya satu yang kutahu, kau pernah hadir dalam hidupku setahun yang lalu.
Hingga pada saat itu...
Saat dimana aku mulai terpukau dengan pesonamu.
Saat dimana perasaan ini mulai muncul ke dinding hatiku.
Yang menyadarkanku, bahwa aku telah jatuh dalam lima kata penuh makna: CINTA
Cinta.
Begitu indahnya rasa itu.
Membuatku melayang, saat aku bisa mengecup aromamu.
Membuat debar jantungku menjadi lebih kencang saat menatap mata beningmu.
Membuat pipiku merona, saat nikmati seyuman nakalmu.
Dalam beberapa menit saja, Cinta berhasil membuat hadirmu menjadi penting dalam hidupku.
Kau lebih adiktif dari alkohol.
Makin kunikmati rasamu, makin sulit rasanya aku melepasmu.
Jujur, aku sakau akan candumu.
Meskipun demikian, waktu membuatku sadar.
Aku tak mungkin bisa bersatu denganmu.
Kita tak ditakdirkan untuk menjalani hidup bersama.
Namun,
Ijinkanlah aku, untuk kali ini saja.
Tuk nikmati rasamu.
Tuk mencintaimu.
.... Hingga pada saatnya, saat aku bisa rela melepasmu.
.... Karena setelah kata "jatuh cinta" dan "aku",
Ada "kamu".
Tuesday, February 28, 2012
Für einen Mann
-- (Eigentlich ist das meine Deutsch Hausaufgabe) --
Für einen Mann, den ich zum erste mal unter dem Regen traf.
Danke für die warme Umarmung, als mein Herz kalt war.
Danke für das Licht deiner Augen, während meine Welt dunkel war.
Danke für die Ermutigung, als ich verzweifelt war.
Für einen Mann, der ein cooles Lächeln hat.
Danke für alles, was du mir gab.
Vergiss mich,
aber vergiss bitte nicht die schöne Zeit, die ich mit dir verwendete.
Ich bin sehr glücklich, weil ich dich kennen kann.
Für einen Mann, der mich liebte.
Darf ich mal sagen?
Ich will dich sehr vermissen.
Noch liebe ich dich.
:')
Tuesday, January 24, 2012
Why do...?
Dear you, yang telah memberiku sebuah kenangan di bawah hujan,
Masih ingatkah kau akan kenangan itu?
Hm... mungkin tidak...
Itu hanyalah peristiwa kecil.
Kala itu, kita berjalan bersama, di bawah payung bewarna biru laut milikmu. Hanya berjalan, hingga sampai ke halte bus. Kemudian aku mengucapkan terima kasih karena telah mengantarku ke halte bus.
Ya. itu memang hanya peristiwa kecil, tak lebih dari 5 menit.
Tapi bagiku, peristiwa itu sangat berarti, karena dari sanalah tumbuh benih-benih cinta dalam hatiku.
Dear you, yang selalu membiusku dengan mata abu-abumu,
Tak tahukah kamu, bahwa aku selalu memperhatikanmu?
Aku selalu mengingatmu dengan jelas:
Rambutmu yang terlihat kemerahan di bawah terik matahari, alismu yang tegas, rahangmu yang kokoh, bibirmu yang tipis, kulitmu yang kekuningan, badanmu yang tegap, dan mata abu-abumu yang selalu terlihat bersinar di kala kau bahagia.
Hari demi hari, kau makin terlihat sempurna bagiku.
Dear you, yang membuatku menyukai apa yang kubenci.
Aku merasa, kau begitu menikmati hidup ini. Kau begitu apa adanya, tak pernah jaim sekalipun. Dan mungkin itulah yang membuatmu selalu terlihat bahagia.
Kau selalu memandang sesuatu dari sisi yang berbeda. Kau menemukan apa yang orang biasa tidak bisa menemukannya. Kau membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Mengagumimu, membuatku ingin tahu segalanya tentangmu. Dan dari hari ke hari, kau membuatku menyukai apa yang kau sukai, termasuk apa yang selama ini kubenci.
Dear you, yang menganggapku seperti angin lalu.
Setelah peristiwa itu, tak sekalipun kau menyapaku. Aku bahkan ragu apakah kau mengetahui namaku. Kau menjalani hari-harimu seperti hari-hari sebelumnya: tanpa aku.
Apa aku ini transparan? Aku memang bukan seorang gadis yang cantik, pun bukan yang pintar. Aku tahu, aku tak pantas bersanding denganmu, orang yang hampir sempurna.
Dear you, yang telah kutunggu selama 3 tahun,
Selama itulah kau sudah bersarang dalam hati dan pikiranku. Selama itulah aku selalu ingin mencoba mendekatimu. Aku ingin menyapamu, dan berharap kau akan menyapaku balik. Tapi selama itu juga aku tak pernah melakukannya, karena aku takut kau akan menjauhiku setelah tahu perasaanku.
Hari ini tepat tiga tahun semenjak peristiwa hujan itu. Sampai sekarang, aku masih menunggumu. Sudah berkali-kali aku merasa lelah akan penantian yang mungkin sia-sia ini. Aku sudah mencoba untuk melupakanmu dan membuka hatiku pada cinta yang lain. Tapi, bagaimana aku bisa melupakanmu jika setiap waktu kau selalu memabukkanku dengan bayang-bayangmu?
Seandainya aku tahu harus berapa lama aku menunggu. Satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan? Satu tahun pun akan ku lakukan. Apalah arti satu tahun dibandingkan dengan tiga tahun ini?
Harus sampai kapan aku menunggumu sampai kau bisa membuka matamu dan melihatku?
Dear you, my first love,
Kau membuatku selalu bertanya:
Why do I still keep wanting you, although I know that you'll never "see" me...?
Masih ingatkah kau akan kenangan itu?
Hm... mungkin tidak...
Itu hanyalah peristiwa kecil.
Kala itu, kita berjalan bersama, di bawah payung bewarna biru laut milikmu. Hanya berjalan, hingga sampai ke halte bus. Kemudian aku mengucapkan terima kasih karena telah mengantarku ke halte bus.
Ya. itu memang hanya peristiwa kecil, tak lebih dari 5 menit.
Tapi bagiku, peristiwa itu sangat berarti, karena dari sanalah tumbuh benih-benih cinta dalam hatiku.
Dear you, yang selalu membiusku dengan mata abu-abumu,
Tak tahukah kamu, bahwa aku selalu memperhatikanmu?
Aku selalu mengingatmu dengan jelas:
Rambutmu yang terlihat kemerahan di bawah terik matahari, alismu yang tegas, rahangmu yang kokoh, bibirmu yang tipis, kulitmu yang kekuningan, badanmu yang tegap, dan mata abu-abumu yang selalu terlihat bersinar di kala kau bahagia.
Hari demi hari, kau makin terlihat sempurna bagiku.
Dear you, yang membuatku menyukai apa yang kubenci.
Aku merasa, kau begitu menikmati hidup ini. Kau begitu apa adanya, tak pernah jaim sekalipun. Dan mungkin itulah yang membuatmu selalu terlihat bahagia.
Kau selalu memandang sesuatu dari sisi yang berbeda. Kau menemukan apa yang orang biasa tidak bisa menemukannya. Kau membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Mengagumimu, membuatku ingin tahu segalanya tentangmu. Dan dari hari ke hari, kau membuatku menyukai apa yang kau sukai, termasuk apa yang selama ini kubenci.
Dear you, yang menganggapku seperti angin lalu.
Setelah peristiwa itu, tak sekalipun kau menyapaku. Aku bahkan ragu apakah kau mengetahui namaku. Kau menjalani hari-harimu seperti hari-hari sebelumnya: tanpa aku.
Apa aku ini transparan? Aku memang bukan seorang gadis yang cantik, pun bukan yang pintar. Aku tahu, aku tak pantas bersanding denganmu, orang yang hampir sempurna.
Dear you, yang telah kutunggu selama 3 tahun,
Selama itulah kau sudah bersarang dalam hati dan pikiranku. Selama itulah aku selalu ingin mencoba mendekatimu. Aku ingin menyapamu, dan berharap kau akan menyapaku balik. Tapi selama itu juga aku tak pernah melakukannya, karena aku takut kau akan menjauhiku setelah tahu perasaanku.
Hari ini tepat tiga tahun semenjak peristiwa hujan itu. Sampai sekarang, aku masih menunggumu. Sudah berkali-kali aku merasa lelah akan penantian yang mungkin sia-sia ini. Aku sudah mencoba untuk melupakanmu dan membuka hatiku pada cinta yang lain. Tapi, bagaimana aku bisa melupakanmu jika setiap waktu kau selalu memabukkanku dengan bayang-bayangmu?
Seandainya aku tahu harus berapa lama aku menunggu. Satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan? Satu tahun pun akan ku lakukan. Apalah arti satu tahun dibandingkan dengan tiga tahun ini?
Harus sampai kapan aku menunggumu sampai kau bisa membuka matamu dan melihatku?
Dear you, my first love,
Kau membuatku selalu bertanya:
Why do I still keep wanting you, although I know that you'll never "see" me...?
Sunday, January 22, 2012
Dear you, my past....
Apakah kau menggunakan sihir?
Aku pikir aku sudah terlelap dalam kesibukanku sekarang dan melupakanmu.
Tapi kini bayangan wajahmu sering melayang-layang dalam pikiranku.
Kau adalah masa lalu yang kini kembali hadir dalam benakku dan membuatku rindu akan hadirmu.
Wajahmu memang tak seindah bulan, tapi binar matamu lebih cerah daripada matahari.
Kulitmu memang tak selembut kapas, tapi belaianmu lebih hangat daripada mantel musim dinginku.
Kau memang bukan pria yang sempurna, tapi kau membuat hari-hariku terasa begitu sempurna.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mencuri-curi pandang ke arahku, dan mengalihkan wajahmu kembali saat aku menatapmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat aku tersipu malu ketika temanku menggodaku karena kedekatanku denganmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mengirimkanku puluhan sms dan menanyakan kabarku tiap waktu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau ada di sampingku, dan berkata bahwa kau mencintaiku....
Tahukah kamu?
Bagiku adalah demikian:
Mengingatmu adalah kenikmatan, bersamamu adalah anugerah.
Aku menyesal atas ketololanku dan kemunafikanku.
Aku menyesal karena aku telah membohongimu dan membohongi diriku sendiri.
Aku menyesal karena membuatmu terluka hanya karena gengsi semata.
Aku menyesal atas hari dimana aku membuatmu pergi dari hidupku...
Mulanya, aku mengira bahwa aku tetap bisa hidup tanpamu.
Waktu akan menghapuskan kenangan-kenangan kita, pikirku.
Dan aku hampir berhasil, saat aku menyibukkan diriku dan berusaha memikirkan hal yang lain.
Tapi kini aku sadar, bahwa aku masih mengingatmu begitu jelas, walaupun ini sudah tiga tahun semenjak kau meninggalkanku.
Aku sadar, aku masih mencintaimu...
Tapi sekarang, apa yang bisa kulakukan?
Mengenai keberadaanmu, aku tidak tahu.
Aku pun tak tahu apakah kau juga masih menyimpan perasaanmu itu... atau kau telah memberikannya pada orang lain?
Kini, aku hanya bisa menunggu.
Menunggu saat dimana waktu akan menjawabnya: apakah nantinya bayang-bayangmu akan lenyap dengan sendirinya, ataukah waktu akan mempertemukan kita berdua dan menyatukan cinta kita?
Aku ingin bisa memilih, tapi aku ragu apakah waktu akan menyetujui pilihanku.
Aku ragu apakah waktu mendengarkan suara hatiku, yang sedang menangis karena merindukanmu.
Aku pikir aku sudah terlelap dalam kesibukanku sekarang dan melupakanmu.
Tapi kini bayangan wajahmu sering melayang-layang dalam pikiranku.
Kau adalah masa lalu yang kini kembali hadir dalam benakku dan membuatku rindu akan hadirmu.
Wajahmu memang tak seindah bulan, tapi binar matamu lebih cerah daripada matahari.
Kulitmu memang tak selembut kapas, tapi belaianmu lebih hangat daripada mantel musim dinginku.
Kau memang bukan pria yang sempurna, tapi kau membuat hari-hariku terasa begitu sempurna.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mencuri-curi pandang ke arahku, dan mengalihkan wajahmu kembali saat aku menatapmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat aku tersipu malu ketika temanku menggodaku karena kedekatanku denganmu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau mengirimkanku puluhan sms dan menanyakan kabarku tiap waktu.
Aku ingin bisa kembali ke masa saat kau ada di sampingku, dan berkata bahwa kau mencintaiku....
Tahukah kamu?
Bagiku adalah demikian:
Mengingatmu adalah kenikmatan, bersamamu adalah anugerah.
Aku menyesal atas ketololanku dan kemunafikanku.
Aku menyesal karena aku telah membohongimu dan membohongi diriku sendiri.
Aku menyesal karena membuatmu terluka hanya karena gengsi semata.
Aku menyesal atas hari dimana aku membuatmu pergi dari hidupku...
Mulanya, aku mengira bahwa aku tetap bisa hidup tanpamu.
Waktu akan menghapuskan kenangan-kenangan kita, pikirku.
Dan aku hampir berhasil, saat aku menyibukkan diriku dan berusaha memikirkan hal yang lain.
Tapi kini aku sadar, bahwa aku masih mengingatmu begitu jelas, walaupun ini sudah tiga tahun semenjak kau meninggalkanku.
Aku sadar, aku masih mencintaimu...
Tapi sekarang, apa yang bisa kulakukan?
Mengenai keberadaanmu, aku tidak tahu.
Aku pun tak tahu apakah kau juga masih menyimpan perasaanmu itu... atau kau telah memberikannya pada orang lain?
Kini, aku hanya bisa menunggu.
Menunggu saat dimana waktu akan menjawabnya: apakah nantinya bayang-bayangmu akan lenyap dengan sendirinya, ataukah waktu akan mempertemukan kita berdua dan menyatukan cinta kita?
Aku ingin bisa memilih, tapi aku ragu apakah waktu akan menyetujui pilihanku.
Aku ragu apakah waktu mendengarkan suara hatiku, yang sedang menangis karena merindukanmu.
Monday, January 9, 2012
Liebe dich... (Mencintaimu)
Kau membuatku nyaman dengan kata-katamu.
Kau membuatku merasa aku adalah gadis paling beruntung di dunia.
Kau membuatku tertidur lelap dengan senyum lebar yang mengembang di pipiku.
Dan aku merasa, bersamamu aku bahagia.
Wajahmu sering terbersit dalam pikiranku. Aku tak sabar menunggu waktu dimana aku bisa bersamamu.
Aku ingin hari esok cepat tiba, saat aku bisa melihat senyumanmu.
Tapi tak jarang pula kau menyakitiku.
Kata-katamu kadang menusuk hatiku.
Kau berbicara panjang denganku namun tanpa melibatkan aku di dalamnya.
Kau melupakanku sebegitu mudahnya ketika kau bicara tentangnya.
Aku tidak ingin meninggalkanmu walaupun kau melupakanku.
Entah kenapa aku ingin selalu disampingmu: mendengarkan ceritamu dan keluh kesahmu, walaupun itu mebuat hatiku teriris.
Aku tahu, harapan-harapan yang kauberikan hanyalah suatu harapan yang tak mungkin terwujud.
Tapi ku tak tahu mengapa hatiku tetap percaya terhadap harapan-harapanmu itu.
Walaupun kenyataan adalah yang berkebalikan.
Awalnya aku hanya ingin mengenalmu sebagai teman.
Tetapi, ketika aku mengenal sesuatu tentangmu, aku selalu menginginkan lebih.
Dan lama kelamaan, kita seperti sahabat dekat.
Kini, aku makin sering menghabiskan waktu denganmu.
Rasanya hari begitu kosong jika aku belum melihat wajahmu.
Semakin aku berusaha menghilangkan pikiranku darimu, makin sering bayang-bayangmu muncul dalam pikiranku.
Jujur, aku ingin bisa memilikimu.
Aku takut membayangkanmu menjawab tidak.
Kau sudah memilikinya.
Aku pun tahu dia adalah yang terbaik untukmu.
Kau bahagia bersamanya.
Tapi, bagaimanakah dengan perasaanku ini?
Aku sudah tak mungkin mengabaikannya.
Aku sudah terlanjur terjebak.
Terjebak dalam lubang cintamu.
Dan meski cintamu bukan untukku,
Ich möchte dir sagen,
dass ich dich liebe.
------------------------------------------------------
* Aku ingin berkata padamu, bahwa aku mencintaimu
Kau membuatku merasa aku adalah gadis paling beruntung di dunia.
Kau membuatku tertidur lelap dengan senyum lebar yang mengembang di pipiku.
Dan aku merasa, bersamamu aku bahagia.
Wajahmu sering terbersit dalam pikiranku. Aku tak sabar menunggu waktu dimana aku bisa bersamamu.
Aku ingin hari esok cepat tiba, saat aku bisa melihat senyumanmu.
Tapi tak jarang pula kau menyakitiku.
Kata-katamu kadang menusuk hatiku.
Kau berbicara panjang denganku namun tanpa melibatkan aku di dalamnya.
Kau melupakanku sebegitu mudahnya ketika kau bicara tentangnya.
Aku tidak ingin meninggalkanmu walaupun kau melupakanku.
Entah kenapa aku ingin selalu disampingmu: mendengarkan ceritamu dan keluh kesahmu, walaupun itu mebuat hatiku teriris.
Aku tahu, harapan-harapan yang kauberikan hanyalah suatu harapan yang tak mungkin terwujud.
Tapi ku tak tahu mengapa hatiku tetap percaya terhadap harapan-harapanmu itu.
Walaupun kenyataan adalah yang berkebalikan.
Awalnya aku hanya ingin mengenalmu sebagai teman.
Tetapi, ketika aku mengenal sesuatu tentangmu, aku selalu menginginkan lebih.
Dan lama kelamaan, kita seperti sahabat dekat.
Kini, aku makin sering menghabiskan waktu denganmu.
Rasanya hari begitu kosong jika aku belum melihat wajahmu.
Semakin aku berusaha menghilangkan pikiranku darimu, makin sering bayang-bayangmu muncul dalam pikiranku.
Jujur, aku ingin bisa memilikimu.
Aku takut membayangkanmu menjawab tidak.
Kau sudah memilikinya.
Aku pun tahu dia adalah yang terbaik untukmu.
Kau bahagia bersamanya.
Tapi, bagaimanakah dengan perasaanku ini?
Aku sudah tak mungkin mengabaikannya.
Aku sudah terlanjur terjebak.
Terjebak dalam lubang cintamu.
Dan meski cintamu bukan untukku,
Ich möchte dir sagen,
dass ich dich liebe.
------------------------------------------------------
* Aku ingin berkata padamu, bahwa aku mencintaimu
Subscribe to:
Posts (Atom)