Pages

Saturday, December 10, 2011

Chef Choi's diary eps. 1 part 1



"Bruk"
Kulihat seorang gadis jatuh karena ditabrak seorang pria yang sedang terburu-buru.
Aku lantas menghampiri gadis itu untuk menolongnya.
Di tengah zebra cross, kulihat gadis itu sedang berusaha memungut ikan mas yang terlihat menggeliat sengsara.
Aku menyuruh gadis itu untuk merapatkan kedua tangannya. Lalu dengan cepat aku menaruh ikan mas sekarat itu di tangannya, kemudian menuang air ke dalamnya.
Kulihat lampu hampir berubah. Kusuruh gadis itu berlari ke trotoar. Aku mengikutinya sambil membawakan barang belanjaannya.
Untunglah kami tepat waktu.

Gadis itu berterima kasih padaku. Lalu kami saling mengucapkan selamat tinggal.
Eits!
Aku langsung tersadar. Bagaimana dengan belanjaan gadis itu?
Akhirnya aku bersedia membawakan belanjaan itu sampai tujuan si gadis.


Sesekali aku menuang air ke tangannya. Untuk mengusir kecanggungan diantara kami, aku melontarkan fakta lucu tentang ikan mas, yang hanya punya ingatan dua detik.

Sesampainya di tempat tujuan si gadis, entah kenapa rasanya aku enggan berpisah. Aku merasa kami saling tertarik. Aneh sekali.
Saat aku hendak pergi, tiba-tiba gadis itu ingat bahwa ia tidak dapat membuka pintu. Ia lalu memintaku untuk membukakan pintu.
Sungguh sulit menemukan kunci yang dimaksud gadis itu. Kuncinya tidak ada di dalam tas. Ia lantas menyuruhku mengambil kuncinya di kantong jaketnya.

"Apa kau sengaja berkata kau tidak ingat dimana kau meletakkan kuncimu agar aku mencari kemana-mana?" candaku pada gadis itu.
Beberapa saat kemudian, akhirnya aku menemukan kunci itu. Aku tidak langsung membukakan pintunya. AKu memikirkan sesuatu.

"Apa nanti malam kau bebas?" aku bertanya dengan sedikit cengiran. Kulihat gadis itu terperanjat. Ekspresinya sangat lucu, membuatku tertawa.
"Mengapa ragu-ragu? Kau seharusnya menolak jika diajak untuk pertama kalinya," kataku lagi.

Ia berkata bahwa ia bebas setelah jam 11 malam. Aku pun menjawab, "Pria dan wanita bertemu dalam kencan pertama mereka di waktu seperti itu hanya ada satu hal yang bisa dilakukan. Tidur bersama. Itu pasti bukan maksudmu, tapi aku senang dengan pikiran itu."

"Aku baru selesai kerja jam segitu. Aku hanya berpikir mau membelikan bir dan berterima kasih," katanya meluruskan.

"Kau bisa meletakkan ikan itu sebentar dan mencari kuncinya sendiri, tanpa membuatku merabanya kesana-kemari," sindirku kemudian

"Baik, ayo ketemu jam 11 malam. Di tempat yang sama, di jalan. Tidak malam ini, tidak besok pagi, tapi lusa. Aku pura-pura sudah ditolak malam ini dan besok pagi, demi harga dirimu, ok?" ajakku -- maksudku paksaku.
Ia tersenyum tanda setuju.
Aku pun membukakan pintunya kemudian.

Sebelum aku pergi, aku menanyakan di mana La Sfera karena aku akan bekerja di sana.
Aku sangat terkejut melihat tulisan La Sfera di balik pintu yang baru saja kubuka.
"Lalu, apa kau adalah koki... disini?" aku bertanya. Aku masih terkejut.

Bukannya menjawab pertanyaanku, ia justru memanggilku "Maknae", membuatku makin terkejut.
Ia lalu masuk ke dapur, meletakkan ikan mas pada gelas, lalu memperkenalkan dapur padaku. Ia juga meninggalkan bahasa formalnya, mengira bahwa aku adalah juniornya.

Aku tertawa dalam hati. Lucu sekali gadis ini, batinku.
Aku pun tidak berniat memberitahunya jabatanku yang sesungguhnya. Aku ingin menikmati permainannya, untuk saat ini.

No comments:

Post a Comment