Aku berjalan masuk dengan percaya diri.
Gadis yang kutemui kemarin memanggilku dan menyuruhku ikut berbaris.
Gadis yang kutemui kemarin memanggilku dan menyuruhku ikut berbaris.
Aku tak menanggapinya.
Aku menjabat tangan Presiden, lalu berjalan menuju ke depan barisan.
Lalu aku memperkenalkan diriku.
Aku kembali mengamati gadis itu.
Aku menjabat tangan Presiden, lalu berjalan menuju ke depan barisan.
Lalu aku memperkenalkan diriku.
Aku kembali mengamati gadis itu.
Ekspresi bingungnya membuatku tertawa dalam hati.
Cepat atau lambat, Ia harus menahan malu atas perbuatannya kemarin.
Cepat atau lambat, Ia harus menahan malu atas perbuatannya kemarin.
Aku menyalami para staf satu per satu.
Kubiarkan mereka terpesona padaku, sebelum kutunjukkan sisi lainku.
sampai akhirnya aku berjalan ke barisan terbelakang, tempat si gadis berdiri.
Kubiarkan mereka terpesona padaku, sebelum kutunjukkan sisi lainku.
sampai akhirnya aku berjalan ke barisan terbelakang, tempat si gadis berdiri.
Seo Yoo Kyung. Ia memperkenalkan dirinya -- tentu saja -- dengan malu-malu.
Aku tersenyum puas melihat tingkahnya.
Aku tersenyum puas melihat tingkahnya.
Di dapur, aku menyuruh para koki menyiapkan makan seperti biasa.
Aku mundur dengan tenang, dan melihat cara mereka bekerja.
Aku mundur dengan tenang, dan melihat cara mereka bekerja.
Si gadis -- Yoo Kyung maksudku -- tetap terlihat profesional, walaupun kami pernah bertemu sebelumnya.
Namun, cara memasaknya masih kacau balau.
Melihatnya menggoyang wajan dengan salah, aku lantas memberikannya contoh sebentar.
Tidak perlu lama, karena ia akan segera keluar dari dapur.
"Ini bukan dapurku. Dapurku baru akan mulai," kataku pada manajer saat restoran telah tutup.
Namun, cara memasaknya masih kacau balau.
Melihatnya menggoyang wajan dengan salah, aku lantas memberikannya contoh sebentar.
Tidak perlu lama, karena ia akan segera keluar dari dapur.
"Ini bukan dapurku. Dapurku baru akan mulai," kataku pada manajer saat restoran telah tutup.
No comments:
Post a Comment